Keutamaan Silaturrahim
Masyarakat kita sekarang ini sudah mulai banyak
yang tidak memerdulikan orang-orang di
sekitarnya. Mereka memilih hidup sendiri, seakan-akan mereka tidak membutuhkan
orang lain, padahal sebagai makhluk sosial pasti saling membutuhkan satu sama
lain. Dan hal ini terkadang disebabkan tingkat ekonomi yang rendah.
Agama
Islam sangat menganjurkan, bahkan mengharuskan pemeluknya untuk selalu
menyambung tali persaudaraan atau biasa disebut dengan silaturrahim, karena
dengan bersilaturrahim banyak dampak positif yang kembali pada kita, di antaranya
sebagaimana dalam hadits yang akan kita bahas kali ini.
“Barang
siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan ditunda ajalnya ,maka sambunglah tari
persaudaraan”(Sunanu Ab
D
ud, juz
2 hal 60.)


Arti Tekstual
Sebelum
kita membahas pengertian hadits tadi, kita harus mengetahui siapa orang yang
bisa dianggap washil atau orang yang menyambung tali persaudaraan. Pada
sejatinya, yang dimaksud washil adalah orang yang menyambung tali
persaudaraan dengan orang yang memutus tali persaudaraan dengannya, dan
pengertian ini sangat tepat sekali jika dilihat dari bahasanya, karena kata
menyambung memang mengindikasikan adanya sesuatu yang terputus. Rasulullah bersabdah
:
“Washil bukanlah mukafi’ (yaitu mereka yang
suka membalas dendam perbuatan orang lain ), akan tetapi washil ialah orang
yang ketika tali persaudaraannya diputus, maka dia akan menyambungkannya kembali.(HR. Bukhari.)”
Kemudian
setelah kita mengetahui siapa itu washil, maka kita juga perlu
mengetahuai apa itu “Rahim” dalam Hadits tadi, ulama’ berbeda pendapat
mengenai arti “Rahim” ada yang berpendapat “Rahim” adalah orang yang memiliki jalinan persaudaraan
yang jika boleh diumpamakan seperti hubungan mahram, lelaki dan perempuan yang
keduanya haram menikah. Pendapat lain mengatakan bahwa “rahim “ adalah
semua orang yang memiliki hubungan kerabat dalam hal warisnya. Pendapat
terakhir ini lebih umum dan dibenarkan banyak kalangan .
Pengertian Hadits
Hadits
di muka tadi memberikan pemahaman, bahwa orang yang senantiasa menyambung tali
persaudaraan, akan dipermudah rizkinya
dan akan dipanjangkan umurnya. Mengapa demikian ? karena kebanyakan orang yang
sukses di sekitar kita adalah berkat kemampuan mereka menciptakan hubungan yang
baik dengan orang lain, sehingga dengan sangat mudah menciptakan kerjasama yang
baik. Dengan begitu, pintu rezeki pun akan terbuka lebar.
Akan
tetapi, ketika memperhatikan ungkapan “ditunda ajalnya “, sepertinya
lahiriah hadits ini bertentangan dengan firman Allah berikut:
“Apabila telah datang ajal mereka, maka
mereka tidak dapat mengundurkan barang sesaatpun dan tidak (pula)mendahulukan
ajalnya”(QS. al-A’raf [34])
Esensi
dari hadits ini memberikan pemahaman, bahwa ajal kita bisa ditunda, bila mau
menyambung tali persaudaraan dengan orang yang telah memutuskannya.
Sedangkan
redaksi ayat tadi menjelaskan, ketika ajal telah tiba, maka sedikitpun ia tidak
dapat mengundurkan ataupun memajukan. Umurnya tidak akan bertambah dan tidak akan
berkurang.
Beberapa
kitab syarah hadits, misalnya kitab fathul bari, menampilkan dua kemungkinan untnk
menjawab pertentangan ini. Pertama, yang dimaksud “bertambah” di sini merupakan
kinayah dari barakah umur, disebabakan pertolomgan Allah untuk mengisi waktunya dengan keta’atan dan
hal-hal positif, serta agar terjaga untuk
tidak melakukan kemaksiatan atau menyia-nyiakan waktu. Sehingga meskipun sudah
mati, namanyan akan selalu dikenang, seakan-akan ia belum mati .
Kedua yang dimaksud “bertambah “ adalah benar-benar bertambah. Tapi hal
ini hanya bila diafiliasikan pada pengetahuan malaikat yang dipasrahi masalah
umur, ataupun pengetahuan malaikat
tentang takdir yang tertulis dalam Lauhul Mahfudz, baik yang terhapus
dan yang ditetapkan sesuai kehendak Allah. Dengan begitu, berarti kenyataan
ajal yang ada pada ilmullah itu paten, tidak akan maju dan mundur (qadha’–mubram).
Sedangkan ajal dalam pengetahuan malaikat
kemungkinan umur si fulan bertambah atau merkurang (qodha’-muallak)
Epilog
Silaturrahim
sudah menjadi keharusan bagi kita semua. Jangan sekali memutuskan tali
persaudaraan, lebih-lebih disebabkan factor ekonomi yang rendah . Kita menjaga
keharmonisan antara keluarga karena ancaman bagi orang yang memutus tali
pesaudaraan adalah Neraka . Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. “ tidak akan
masuk surga orang-orang yang memutus tali pesaudaraan “(HR. Imam Muslim ).
Komentar
Posting Komentar