Hakikat Dari Semua Pekerjaan Makhluk



“Paling bagus-bagusnya umatku adalah generasiku, generasi setelahkudan generasi setelahnya” begitulah kiranya Nabi Muhammad menggambarkan keadaan umatnya mulai dari beliau hidup sampai hari kiamat. Jadi jangan heran, jika suatu hari kita akan menemukan banyak orang berbuat kejelekan tanpa rasa malu sedikitpun. Mungkin hal tersebut bukti nyata dari sabda Nabi di atas.Bicara tentang keadaan kehidupan, memang semua manusia tidak akan lepas dari perbuatan bajik dan buruk.Namun, jika kita renungi dengan hati nurani yang paling dalam, kita dapat menyimpulkan bahwa sabda Nabi tersebut bukti nyata dari keadaan pada zaman seperti saat ini.
Dari keadaan yang semakin tidak karuan, ada segelintir individu yang mempunyai perespsi, semua ini, zaman yang tidak karuan seperti perbuatan zina di mana-mana, pembegalan yang meraja lela semuanya inidari yang maha kuasa, jadi mao gimana lagi ?dari peresepsi tersebut jika kita tela’ah dari susdut pandang tauhid sangatlah melenceng, karana dari peresepsi tersebut akan menjerumuskan pada satu konsep ketuhanan yang dicela yaitu menisbatkan satu pekerjaan buruk pada Allah Swt.yang mana hal ini tidak dibenarkan.Ulama’sepakat bahwa menisbat kan perkara buruk pada Allah Swt.adalah suatu hal yang dicela dalam agama, bahkan dapat menyebabkan pada kekufuran.Memang pada hakikatnya semua perkara yang kita lakukan murni dari Allah Swt.. hanya saja Ahlu Sunnah wal Jama’ah memiliki konsep tersendiri dari pembahasan penisbatan suatu pekerjaan baik atau buruk pada Allah Swt.yaitu semua pekerjaan baik jelek ataupun baik  pada hakikatnya murni dari Allah Swt., namun kita tidak boleh menisbatkan satu pekerjaan pada Allah Swt.swt karena hal tersebut tidak sesuai dengan adab yang diajarkan oleh nabi muhammad Saw. Allah Swt. Swt. berfirman:
مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ) النساء :79 )
“Kebajikan apapun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apapun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri” (QS. an-Nisa` : 79)
Ayat diatas menjadi bukti nyata dari konsep Ahlu Sunnah wal Jama’ah bahwa menisbatkan pekerjaan buruk pada Allah Swt. tidak diperbolehkan, karena dalam rangka menjaga adab antara makhluk dengan sang khalik.Namun konsep tersebut tidak bertentangan dengan konsep yang lainnya yaitu semua pekerjaan pada hakikatnya dari Allah Swt., karena yang dimaksud konsep itu adalah semua pekerjaan memang pada hakikatnya murni dari Allah Swt., tapi disaping itu kita (aswaja) juga meyakini, jika kita melakukakan satu kejelekan itu murni dari kita sendiri, karena kita masih di berikan sifat ikhtiyari oleh Allah Swt.Inilah yang membedakan antara konsep kitadengan kelompok di luar aswaja seperti kelompokJabariyyah yang meyakini semua pekerjakan yang mereka lakukan murni paksaan dari Allah Swt..  dan qadariyyah yang mempunyai keyakianan semua pekerjana murni dari mereka sendiri. Yang mana pada ujung-ujung dari dua konsep tersebut (konsep jabariyyah dan qadariyyah) akan tergambarkan bahwa Allah Swt. berbuat kedloliman dan Allah Swt. tidak mampu.
Sudah jelas dari paparan di atas bahwa semua pekerjaan pada hakikatnya murni  dari sisi Allah Swt. Namun, termasuk satu hal yang dicela (haram) jika menisbatkan suatu pkerjaan jelek yang murni dari ikhtiyari kitapada Allah Swt. kecuali dalam prosses ngajar mengajar (maqomu ta’lim) maka ditoleran.
Referensi :
& Tuhfatu al-Murd hal : 88/ dar al-kotob al- Islmiyyah
& .
& .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akidah Yang Mulai Rapuh

SEPUTAR AFDHOLIYYAH POSISI KEPALA MAYIT SAAT DIMANDIKAN