Haruskah aku bermaulid ?



Perayaaan maulid Nabi Muhammad adalah sebuah istilah untuk  suatu perayaan sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran baginda rasulNabiMuhammad Saw. yang mendapatkan legitimasi sacara syara’.  Secara garis historis kelahiran Nabi  Muhammad merupakan salah satu anugerah terbesar yang mampu mengangkat kehidupan sosial bangsa arab yang tenggelam dalam lautan jahiliyah, dikatakan bahwa, sebelum kelahiran Nabi Muhammad bangsa arab terkenal dengan bangsa paling arogan, mereka terdiri dari ratusan suku mudah perang. Dan yang paling parah lagi,  apabila mereka mempunyai anak perempuan mereka tidak segan – segan untuk mengubur hidup – hidup karena mereka menilai anak perempuan merupakan aib keluarga.  Bangsa arab pra kelahiran Nabi sangat buta akan kailmuan, dan kitab suci.Mereka mempunyai 360 tuhan diantaranya : Latta, Uzza dll. Bagaimana tidak, tuhan yang awalnya mereka buat sendiri kemudian mereka sembah. Kehadiran baginda rasul bagaikan lentera yang menyinari kegelapan sehingga patut bagi kita untuk men-syukuri dan meluapkan rasa kebahagiaan dengan cara memperingati hari kelahirannya.
                                          “Aku tidak mengutus- Mu kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam”(QR. Al-Ambiya` : 107)

Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira" (QR. Yunus : 58)

Dalam memahami ayat diatas salah seorang mufassir dari kalangan sahabat,Abdullah BIN AbbasRa.Berkata, “yang dimaksud fadlul Allah adalah ilmu,  sedangkan yang dimaksud rahmat Allah adalah NabiMuhammad.
” Ibnu Abbas t: “Karunia Allah adalah ilmu agama, sedangkan rahmat-Nya adalah Muhammad r”.(ad-Darra al-mantsur fi Tafsir al-ma`tsur : juz 7, hal : 778

Kehadiran baginda Nabi merupakan rahmat yang melebihi segalanya, sehingga patut bagi kita apabila mendapatkan rahmat tersebut bersyukur kepada Allah, dengan cara membaca al-Qur`an, bersedekah, berpuasa dan mendengarkan sejarah kehidupan Nabi. Apalagi rahmat yang berupa kelahiran baginda rasul yang mana kita tidak akan mungkin menikmati manisnya iman tanpa pelantaraan kelahiran dan terutusnya baginda rasul. Tidak sepantasnya apabila masih ada orang bertanya : Kenapa engkau merayakan maulid Nabi ?, itu sama halnya dia bertanya Mengapa Engkau Berbahagia Dengan kelahiran dan  Kehadiran Nabi Pembawa Rahmat ? ,  atau bahkan ada yang menyatakan bahwa maulid itu bid’ah, semua itu merupakan kebohongan yang sangat keji, karena orang yang pertama kali merayakan maulid ialah baginda rasul sendiri, sebagaimana didalam hadits :
“ Ya Rasulullah kenapa engkau puasa dihari senin ?
Beliau menjawab : hari itu adalah hari kelahiranku  ( HR. Imam Muslim )

Hadits diatas membantah spekulasi sebagian kalangan yang menyebutkan bahwa orang yang pertama kali merayakan maulid adalah golongandinasti Fatimiyah. akan tetapi, dipertengahan abad ke - 4 orang yang menghidupkan kembali perayaan maulid yaitu Sultan Shalahuddin al-Ayyubi dari dinasti Abbasiyah untuk menggelorakan kembali semangat kaum muslimin disaat pertempuran maha dahsyat perang Salib dalam perebutan tempat suci di Baitul Maqdis.Pada waktu itu tentara kaum muslimin dibantai dengan tanpa prikemanusiaan sehingga membuat psikologis umat Islam waktu itu terpuruk bahkan putus asa, tidak berdaya menghadapi serbuaan tentara salib. Guna mensiasati itu semua,Sultan Shalahuddin membacakan sejarah kehidupan baginda rasul dengan harapan mereka mampu meniru keteguhan, keikhlasanserta keberaniaan beliau didalam menghadapi kaum kuffar. Ternyata betul,  setelah semua itu dilakukan semangat berjuang kaum muslimin kembali menggelorasehingga mampu memukul mundur tentara Salib yang pada akhirnya mampu merebut kembali Baitul Maqdisdari kekuasaan tentara Salib.
Diceritakan bahwa abu lahab disaat mendapat kabar dari budaknya bernama Tsuibah bahwa keponakannya dari saudaranya bernama abdulloh bin abdul muthallib telah lahir, maka saking gembiranya  abu lahab mendengarkan  kabar itu diapun  memerdekakan budaknya tersebut. Itulah mengapa, dia mendapatkan keringanan siksaan disetiap senin.  Lain halnya dengan perayaan yang dilakukan seorang raja yang bernama Al malik Al mudoffar Abu sa’id , beliau menggelontorkan dana besar  hanya untuk perayaan peringatan Maulid nabi muhammad disetiap bulan Robiul awal tidak tanggung-tanggung beliau menyiapkan dana sebesar tiga ratus ribu dinar (kurang lebih sekitar 600 milyar ) dan beliau mengundang seluruh rakyaknya untuk dijamu diistananya. Bisa dibayangkan betapa mewahnya perayaan maulidurrosul pada saat itu.
Perayaan maulid Nabi diselenggarakan semata- mata bersyukur dan mengagungkan atas dilahirkannya baginda rasul yang telah berhasil dalam ekspansi besarnya menyebarkan kalimatullah ( agama islam ) didalam perayaan maulid kita tidak dipaksa melakukan dengan penuh kemewahan seperti perayaan yang dilakukan raja al-Mudoffar, tetapi setidaknya kita mempertahankan suatu perayaan yang sudah mendapatkan legalitas secara syara’.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akidah Yang Mulai Rapuh

SEPUTAR AFDHOLIYYAH POSISI KEPALA MAYIT SAAT DIMANDIKAN

Hakikat Dari Semua Pekerjaan Makhluk